Dengan adanya perubahan dinamika politik
dan sistem politik di Indonesia yang lebih demokratis, memberikan pengaruh
kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme politik yang dipandang lebih
demokratis. Dalam konteks politik local Desa Mendalanwangi, hal ini tergambar
dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (Pileg. Pilpres,
Pilkada, dan Pilgub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.
Khusus untuk pemilihan kepala desa
Mendalanwangi, sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa, biasanya para
kandidatnya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan dengan elit kepala
desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari anggaran masyarakat banyak di
desa-desa bahwa jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan
keluarga-keluarga tersebut. Fenomena inilah biasa disebut pulung – dalam tradisi
jawa bagi keluarga-keluarga tersebut.
Jabatan Kepala Desa merupakan jabatan
yang tidak serta merta dapat diwariskan kepala anak cucu. Mereka dipilih karena
kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatan dengan warga desa. Kepala desa
dapat diganti sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan maupun
norma-norma yang berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan
tetap.
Karena demikian, maka setiap orang yang
memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan dalam perundangan dan
pertaturan yang berlaku, bisa mengajukan diri untuk mendaftar menjadi kandidat
kepala desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan kepada desa Mendalan
wangi pada tahun 2013 pada pemilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat
sangat tinggi, yakni hamper 96%. Tercatat ada empat kandidat kepala desa waktu
itu yang mengikuti pemilihan kepala desa. Pilihan kepala desa bagi masyarakat
desa Mendalanwangi seperti acara perayaan desa.
Pada bulan april dan bulan Juli 2014,
masyarakat Desa Mendalanwangi juga dilibatkan dalam proses demokrasi yaitu
Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden. Tingkat paartisipasi masyarakat
dalam Pemilihan Legislatif sekitar 76%. Sedangkan partisipasi masyarakat dalam
proses demokrasi pada Pemilihan Presiden sekitar 88%.
Setelah proses-proses politik selesai,
situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk-pikuk warga dalam perta demokrasi
desa telah berakhir dengan demikian kehidupan kembali sebagaimana awal mula.
Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam sekat-sekat kelompok pilihannya.
Hal ini ditandai dengan kehidupan yang penuh tolong menolong maupun gotong royong.
Walaupun pula kepemimpinan ada di Kepala
Desa namun mekanisme pengambilan keputusan selalu ada keterlibatan masyarakat
baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan Perwakilan Desa maupun lewat
masyarakat langsung. Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan di
Wilayah Desa Mendalanwangi mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis.
Berdasarkaan deskripsi beberapa fakta
diatas, dapaat dipahami bahwa Desa Mendalanwangi mempunyai dinamika politik
local yang bagus. Hal ini terlihat baik dari segi pola kepemimpinan. Mekanisme
pemilihan kepemimpinan, sampai dengan patisipasi masyarakat dalam menetapkan
sistem politik demokratis kedalam kehidupan politik local. Tetapi terhadap
minat politik daerah dan nasional terlihat masih kurang antusias. Hal ini dapat
dimengerti dikarenakan dinamika politik nasional dalam kehidupan keseharian
masyarakat Desa Mendalanwangi kurang mempunyai greget, terutama yang berkaitan
dengan permasalahan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat secara langsung.
Berkaitan dengan letaknya yang berada
diperbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, suasana budaya masyarakat Jawa sangat
terasa di Desa Mendalanwangi. Dalam hal ini kegiatan agama islam misalnya,
suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini
tergambar dari dipakainya kalender Jawa / Islam, masih adanya budaya nyadrn,
slametan, tahlilan, mithoni dan lainnya, yang semuanya merefleksikan sisi-sisi
akulturasi budaya Islam dan Jawa.
Dengan semakin terbukanya masyarakat
terhadap arus informasi, hal-hal lama ini mulai mendapat respond an tafsir
balik dari masyarakat. Hal ini menandai babakk baru dinamika sosial dan budaya,
sekaligus tantangan baru bersama masyarakat Desa Mendalanwangi.. tentunya hal
ini membutuhkan kearifan tersendiri, sebab walaupun secara budaya berlembaga
dan berorganisasi adalah baik tetapi secara sosiologis ia akan beresiko
menghadirkan kerawanan dan konflik sosial.
0 komentar:
Posting Komentar